Sebuah aplikasi ponsel pintar diluncurkan hari ini di New Delhi, India, untuk ikut memerangi meningkatnya kasus pelecehan seksual yang membuat kaum perempuan bisa segera memberitahukan teman atau keluarganya manakala kaum perempuan berada dalam bahaya.
Aplikasi bernama "Fight Back" yang diciptakan lembaga non-profit Whypoll itu akan mengirimkan pesan SOS lewat sms, email dan Facebook.
Begitu pesan SOS itu aktif, penerima pesan akan bisa melacak lokasi pengirim pesan lewat GPS dan segera membantu sang calon korban.
"Saya tumbuh di Delhi dan selalu saja kota ini menjadi kota yang tidak aman. Dan kota ini makin buruk saja keadaannya. Sebagai seorang perempuan, Anda tak akan merasa nyaman di jalanan," kata pendiri Whypoll, Shweta Punj, kepada AFP.
"Saya muak dengan kekerasan dan ingin berbuat sesuatu untuk memeranginya."
New Delhi kini berada di puncak daftar kota paling tidak aman bagi wanita di India, di mana pada 2010 sudah terjadi 489 kasus, naik dari 459 pada 2009.
Pertumbuhan cepat ekonomi India telah membuka lebar-lebar kesempatan kerja baru bagi wanita, namun banyak dari wanita yang merasa makin berisiko untuk dilecehkan atau diserang secara seksual selagi mereka berangkat dan pulang kerja.
Berdasarkan sebuah survey yang diadakan tahun 2010 oleh pemerintah Delhi, PBB dan LSM perempuan Jagori (Wake Up Women), 45 persen wanita akan menghindari berjalan sendirian di tempat gelap dan 65 persen takut bepergian menggunakan kendaraan umum.
Survey itu juga menunjukkan bahwa polisi diminta berperan lebih kuat lagi dalam menjaga hak-hak perempuan.
Menurut pendiri Whypoll Hindol Sengupta, di samping pengguna bisa memilih memasukkan nama-nama polisi di Delhi dalam daftar SOS mereka, fokus utama aplikasi ini adalah menyambungkan peringatan kepada teman dan keluarga sang calon korban.
"Orang India menjadi lebih mengandalkan orang-orang dekat dan yang dicintanya karena mereka tidak percaya pada sistem bisa melindungi mereka," kata Sengupta kepada AFP.
"Begitu Anda mengirimkan pesan SOS, teman dan keluarga Anda akan melapor ke polisi dan menekan mereka untuk berbuat sesuatu."
Tapi belum jelas benar bagaimana polisi menangani pesan-pesan yang dikirim kepada mereka melalui aplikasi Fight Back yang dirancang nempel pada ponsel-ponsel pintar Nokia, Samsung, HTC dan BlackBerry.
Sejumlah pejabat polisi sendiri mengaku tidak mengetahui keberadaan aplikasi tersebut.
Sengupta mengakui bahwa keberhasilan Fight Back tergantung pada efisiensi dan kesediaan polisi dalam menangani kasus-kasus terlapor.
"Tidak ada solusi instan untuk kasus ini, namun kami tengah berbicara dengan polisi dan kami berharap aplikasi ini akan membantu polisi cepat merespons situasi-situasi seperti itu."
Aplikasi Fight Back dihargai 100 rupees (Rp17.000) untuk setiap tahun pemakaian.
Saat ini aplikasi tersebut hanya tersedia dalam Bahasa Inggris, namun sang penciptanya berencana menawarkan versi Bahasa India-nya dan memperluas jangkauan pemakaiannya ke sembilan kota besar lain sampai akhir 2012.
Aplikasi ini tercipta setahun setelah para aktivis di Mesir meluncurkan HarassMap, yaitu prakarsa yang meminta perempuan mengirimkan sms dengan rincian mengenai lokasi kapan mereka menghadapi serangan seksual.
Tujuan HarassMap adalah menciptakan titik-titik panas di mana perempuan sering diserang secara seksual, di samping mendorong kehadiran polisi yang lebih banyak lagi di titik-titik panas itu
Komentar :
Post a Comment